Selasa, 10 September 2013

HUBUNGAN POLITIK

Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk ke-empat terbesar di dunia, merupakan mitra penting negara kami, ditinjau dari kedudukannya baik di tingkat regional maupun dari peranannya di percaturan internasional. Hubungan persahabatan dan kerjasama yang erat antara Perancis dan Indonesia terjalin sejak lama. Tahun 2011 merupakan tahun yang sangat penting bagi hubungan bilateral kedua negara, ketika Indonesia memimpin Organisasi Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN) sementara Perancis memimpin Forum G 20, dimana Indonesia merupakan satu-satunya negara Asia Tenggara yang memiliki perwakilannya di sana.

Setelah pada tahun 2005 Bapak Xavier Darcos, Menteri urusan Kerjasama, Pembangunan dan Frankofoni ; Bapak Renaud Muselier, Menteri Muda Luar Negeri ; dan Bapak François Loos, Menteri urusan perdangangan luar negeri Perancis, melawat ke Indonesia, hubungan bilateral kedua negara semakin dipererat pada tahun 2007, dengan kunjungan Ibu Rama Yade, Menteri Muda Luar Negeri dan Hak Asasi Manusia ke Jakarta, dan terjalinnya kembali konsultasi politik bilateral tahunan yang diikuti oleh para pejabat dari lingkungan Kementerian Luar Negeri.

Selain bertemu di sela-sela pertemuan internasional (pada tahun 2008 dalam KTT G8 di Jepang dan KTT ASEM di Peking, dan pada bulan Januari 2011 di Davos), kedua kepala negara sempat saling bertukar pikiran secara mendalam pada kesempatan kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Paris, tanggal 14 Desember 2009. Pernyataan bersama yang dikeluarkan seusai pertemuan tersebut menggarisbawahi keinginan bersama untuk meningkatkan hubungan bilateral menjadi kemitraan strategis dan memperdalam kerjasama kedua negara di segala bidang, yakni di bidang politik, ekonomi, kebudayaan, akademik dan ilmiah, dan juga bekerja sama untuk menjawab berbagai tantangan besar di tingkat internasional.

Kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Perancis, 14 Desember 2009

Kunjungan Perdana Menteri Perancis, Bapak François Fillon, dari tanggal 30 Juni s.d. 2 Juli 2011, telah memungkinkan peluncuran kemitraan strategis antara Perancis dan Indonesia, yang langsung terealisasi melalui penandatanganan sejumlah kesepakatan di bidang energi dan sumber daya mineral, pariwisata, museum, akademik dan perhubungan (angkutan udara dan kereta api).

Photo : Pierre Chabaud/Matignon (gouvernement.fr)

Pada bulan Februari 2011, kunjungan Ibu Christine Lagarde, Menteri Ekonomi, Keuangan dan Industri Perancis, yang didampingi oleh Menteri Muda Perhubungan, Bapak Thierry Mariani, dan delegasi yang beranggotakan sekitar empat puluh orang pebisnis Perancis dari sektor penerbangan, luar angkasa, energi, konstruksi, pembangunan berkelanjutan, ke Indonesia bertujuan untuk memperkuat dimensi ekonomi hubungan kami. Hal ini bersandar pada kehadiran sekitar seratus perusahaan Perancis, baik kelompok perusahaan besar maupun UKM, yang beberapa di antaranya telah berada di Indonesia sejak lama, dan menyerap sekitar 37.000 orang tenaga kerja. Pertukaran perdagangan kedua negara dengan volume yang relatif stabil (2 miliar € di tahun 2008 dan 2009, 2,4 miliar € di tahun 2010) meskipun masih rendah, menunjukkan ketidakseimbangan yang menguntungkan pihak Indonesia (- 624 Juta € di tahun 2010). Pembukaan Misi Ekonomi Ubifrance di Jakarta pada bulan September 2010 memperlihatkan keinginan kami untuk mengembangkan pertukaran perdagangan dan penanaman modal.

Kunjungan Ibu Christine Lagarde dan Bapak Thierry Mariani ke Indonesia Kunjungan Ibu Christine Lagarde dan Bapak Thierry Mariani ke Indonesia


Di bidang kerjasama, kebijakan kami di Indonesia difokuskan pada dua poros utama :

- Pertama : kerjasama akademis dan ilmiah. Dengan kehadiran Campus France (Jakarta), berbagai kegiatan dilakukan guna menarik minat mahasiswa Indonesia pada pendidikan tinggi Perancis (setiap tahunnya sekitar 300 s.d. 350 mahasiwa Indonesia menuntut ilmu di Perancis). Kedutaan Besar Perancis dan Kementerian Pendidikan Indonesia menyelenggarakan program beasiswa master ganda dan program studi doktor untuk seratus orang Indonesia. Selain itu, kerjasama ilmiah bersandar pada dukungan sejulah lembaga penelitian yang ada di Indonesia (CIRAD, IRD, EFEO, IRASEC), terutama yang terkait dengan bidang perlindungan Barang Publik Global, dan dilanjutkannya kemitraan Hubert Curien (program Nusantara) yang dimulai pada tahun 2008.

- Kedua : kerjasama kebudayaan dalam arti luas, yang bertumpu pada jaringan pusat kebudayaan kami di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan pada Alliances françaises yang membuka perwakilannya di Bali, Balikpapan, Medan dan Semarang. Puncak kerja sama ini adalah Festival Budaya Printemps français dan Festival Film Perancis, yang setiap tahunnya menarik minat masyarakat luas, dari bulan April s.d. Juni. Kerjasama kami juga bertujuan untuk mengembangkan pengajaran bahasa Perancis (tercatat ada 50 ribu siswa, 10 jurusan Bahasa Perancis di berbagai universitas), diskusi, dan pertukaran intelektual (melalui seminar berkala tentang perkembangan Islam kontemporer, ekonomi global atau hubungan internasional).

Kunjungan anggota parlemen juga turut memberikan kontribusinya bagi dinamika hubungan bilateral Perancis-Indonesia. Delegasi kelompok persahabatan Perancis-Indonesia dari Majelis Nasional Perancis (Assemblée nationale) pada tahun 2009 dan dari Senat pada tahun 2010, yang masing-masing dipimpin oleh ketuanya, yakni Bapak Jean-Jacques Guillet dan Ibu Catherine Procaccia, melawat ke sejumlah Propinsi di Nusantara untuk bertukarpikiran dengan para pemimpin politik, pebisnis, wakil rakyat, dan warga Perancis yang menetap di Indonesia.

Kunjungan Kelompok Persahabatan Perancis-Indonesia Kunjungan Kelompok Persahabatan Perancis-Indonesia


Selain itu, Perancis berkomitmen untuk mendampingi Indonesia dalam penanggulangan krisis dan bencana alam. Menyusul bencana tsunami tahun 2004, selain bantuan logistik dan hibah dalam jumlah besar, dilaksanakan pula program pembangunan Call Center dan Pusat Pelatihan Personil, bermitra dengan Palang Merah Perancis. Setelah gempa Padang pada bulan September 2009, rombongan misi kemanusiaan darurat yang terdiri atas 80 personil Keamanan Sipil dan Pusat Krisis Kementerian Luar Negeri Perancis segera datang untuk memberikan bantuan kepada korban bencana.

Bantuan kemanusiaan darurat Perancis ke Indonesia - © Frédéric Delamure - MAEE Bantuan kemanusiaan darurat Perancis ke Indonesia - © Frédéric Delamure - MAEE


Kedua negara kita memiliki perhatian yang sama pada berbagai isu penting multilateral. Sebagai contoh, dalam konteks G20 dimana Indonesia memiliki perwakilannya, kami bersama-sama memimpin grup kerja yang membahas masalah korupsi. Seperti halnya Perancis, Indonesia menempatkan ketahanan pangan dan pembangunan berkelanjutan dalam daftar prioritasnya. Di bidang terakhir ini dan dalam rangka melaksanakan mandat yang menitikberatkan perlindungan Barang Publik Global, Badan Perancis untuk Pembangunan (AFD), yang telah membuka kantor perwakilannya di Jakarta pada tahun 2007, memberikan bantuannya kepada Indonesia. AFD mendukung kebijakan Indonesia dalam memerangi perubahan iklim dengan menggalakkan efisiensi energi, pengembangan energi terbarukan, dan konservasi keanekaragaman hayati.

Kunjungan Duta Besar Perancis, Bapak Philippe Zeller, ke lokasi proyek rehabilitasi sistem drainase di kota Banda Aceh yang didanai oleh AFD. Kunjungan Duta Besar Perancis, Bapak Philippe Zeller, ke lokasi proyek rehabilitasi sistem drainase di kota Banda Aceh yang didanai oleh AFD.


Di samping itu, hubungan kami dengan Indonesia merupakan bagian dari kebijakan kami yang lebih besar di Asia dan Asia Tenggara. Perancis memberikan perhatian khusus kepada ASEAN, yang merupakan aktor penting dalam arsitektur kawasan. Terbukti dengan masuknya Perancis dalam TAC sejak tahun 2007 dan akreditasi Duta Besar Perancis di Jakarta menjadi Duta Besar Perancis di Sekretariat ASEAN pada tahun 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar